Sabtu, 04 April 2020

"JUWITA-KU"





Arloji ditangan kiriku sudah menunjukkan pukul 07.00 WITA, waktunya aku harus turun kerja, tak ingin terlambat ketempat sekolah aku mengajar, yang berada dipinggiran kota.  Kupasang sepatu sport hitamku yang baru kubeli 2 hari yang lalu, dengan jaket kulit lusuh hadiah ulang tahun dari ayahku yang selalu menemani beserta tas punggung besar yang berisi kertas-kertas laporan sudah bertengger dibadanku. Kugeber sepeda motor maticku dijalan yang masih terasa sunyi,  dimana hawa lembab terasa dan tetesan embun yang mulai membasahi kaca helmku.

Jalan yang belum berasal terasa licin disapu basah pagi, aku harus hati-hati, karena sungai kecil disepanjang jalan berbelok-belok tidak lurus. Tiap kiri kanan jalan dibayangi oleh pohon akasia dan pohon galam dimana akar-akar pohonnya diselimuti oleh daun-daun ilalang, dan kulihat laba-laba yang bermain petak umpet memasang jebak menangkap kumbang dan lalat dengan jaring-jaringnya yang kuat.  Sesekali kusapu embun dikaca helmku yang mulai menebal membasahi  jari-jariku, dan jaket kulitku.Handset yang kupasang ditelingaku yang menemani sunyiku memutar lagu-lagu Bon Jovi masa lalu.

Aku sangat terkejut, seketika kuhentikan lajunya kuda besiku, hampir saja aku menabrak sesosok mahkluk kecil ditengah jalan itu, ternyata se-ekor anak kucing berwarna putih tertelungkup dengan bulu-bulunya yang basah. Kucing itu mengeong lemah, pikirku siapa yang begitu tega meninggalkan anak kucing dijalan yang sepi ini, kucing itu pun kutepikan, ingin kutinggalkan tapi tak berasa tega dan nurani halusku menahan kakiku untuk melangkah pergi.  Kubuka tas punggungku yang besar dan kutaruh kucing itu kedalam bagian muka tasku dengan tidak kututup rapat tapi dibuka setengahnya, agar kucig itu dapat bernapas dengan baik.

Kulanjutkan perjalanan harianku ini, kulihat arlojiku menunjuk pukul 07.45 WITA, dari kejauhan sudah terlihat bangunan putih biru itu masih terlihat kokoh, ya.. disitulah  aku mengajar selama hampir 15 tahun ini. Bangunan rumah keduaku itu memang sudah terlihat tua, maklum kata orang tua disekitar desa itu, sekolah itu dibangun pada masa penjajahan belanda. Tak berselang lama aku pun sudah sampai dan memasuki pekarangan sekolah, kumatikan dan kutaruh kuda besiku dibawah pohon akasia yang begitu rindang. Menyapa dan bersalaman dengan para anak didikku sekaligus menjadi sahabatku disini memang membuat hatiku tenang, mereka memang anak-anak desa yang ceria dan begitu polos.

Sesampai diruangan kantor kukeluarkan anak kucing putih tadi, kuambilkan sepotong ayam bagian kecil yang ada pada wadah bekalku hari ini buatan ibuku, kutaruh diatas selembar koran bekas. Anak kucing tadi mengeong dengan keras dan memakan lahap ayam yang kuberikan tadi. Beberapa bulan kemudian seperti hari biasanya  aku berangkat menuju sekolahku, sesampainya digerbang sekolah "JUWITA" sudah menyambutku dengan senyuman dan tingkah manjanya, membelai kakiku dengan bulu-bulunya yang indah dan kadang memberi aku senyuman yang manis, meong..meong sesekali Juwita, menyapaku. Juwita kucing kecil itu kunamai kini telah menjadi penghuni tetap disekolahku 

 
https://rollymandastana.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar