Jumat, 03 April 2020

Menulis Momen Spesial Kala Mengajar (Bincang Tokoh bersama MUNIF CHATIB)


"Menulis Momen Spesial Kala Mengajar"

“Coba diskusikan apa yang harus kalian usulkan kepada para guru agar masalah pertama tidak terjadi. Sehingga hubungan antara siswa dengan guru menjadi harmonis.”  Maka kelas ramai berdiskusi. Dan mereka kembali melakukan presentasi yang luar biasa. Perhatikan apa sebenarnya yang diinginkan para siswa kelas ‘terheboh’ itu.  “Mestinya kami lebih banyak diperhatikan oleh guru.”  “Mestinya kami sering diajak bicara oleh guru.”  “Mestinya kami lebih sering diajak membuat kesepakatan-kesepakatan.”  “Mestinya guru harus percaya kepada kami, tanpa mencatat berlembar-lembar, kami mau belajar.”  “Apa mungkin guru mengunjungi rumah kami, agar tahu kami ini adalah keluarga yang tidak lengkap.”   Dan klimaksnya, terlontar pernyataan:  “Mestinya kami harus disamakan dengan anak yang lain. Tidak dicap nakal.”

 Saya langsung meminta mereka serius dalam menjawab pertanyaan pamungkas dari saya.
 “Apa jika keinginan kalian dipenuhi, di kelas ini akan terjadi keadaan yang harmonis antara guru dengan kalian? Apakah kalian mau dengan rela dan ikhlas memandang guru kalian seperti orangtua kalian layak yang dihormati?”

 Mereka serempak menjawab ‘mau’ dan mengangguk. Lalu saya menuliskan di papan tulis untuk di salin oleh siswa di buku tulisnya. Saya menggunakan metode mind map untuk mencatat. Saya tulis di tengah-tengah MENGHORMATI GURU. Lalu saya tarik garis ke atas dengan frase ARTI HORMAT (WHAT). Lalu garis menyamping MENGAPA GURU DI HORMATI (WHY). Dan garis ke bawah SELANJUTNYA BAGAIMANA (WHAT NEXT)? Pada frase ARTI HORMAT, saya tarik garis-garis cabang antara lain kerjasama, saling percaya, memberikan respon positif, tanggung jawab, dan bicara yang santun. Sedangkan pada MENGAPA GURU DIHORMATI?, saya menarik cabang-cabang antara lain merekalah pemberi ilmu, pengubah perilaku negatif, pengajar cara berpikir, sumber profesi dan menyelamatkan dunia dan akhirat. Puncaknya pada frase WHAT NEXT?, dengan tegas saya tulis, harus mengikuti pelajaran, menyelesaikan target belajar, berterima kasih kepada guru dan memohon maaf secepatnya jika mempunyai salah.   Dengan antusias semua siswa mencatat mind map di buku tulisnya. Ada yang berbeda dari biasanya. Mereka menulisnya dengan posisi landscape dan dimulai dari tengah. Saya menantang siswa untuk nanti malam di salin kembali ke dalam kertas gambar A3 dengan warna warni. Setelah selesai mencatat, saya bertanya,     “Apakah kalian enjoy dengan mencatat model seperti ini? Capai gak?”  “Asyiikkk, gak capai ...,” jawab mereka serempak.

 Lalu saya minta mereka membuka kembali kertas yang berisi nama guru yang tidak disukai, yang mereka tulis di awal belajar. Kembali saya meletupkan emosi mereka.
 “Coba  bayangkan wajah guru yang kalian tulis. Ada tanda tanya disana. Apa maksudnya? Tidak lain adalah pertanyaan yang harus kalian jawab dengan hati kecil kalian. Apa benar mereka cerewet? Apa benar mereka galak? Sehingga tidak kalian sukai atau bahkan membencinya. Apa benar? Coba jawab dengan nurani kalian. Setelah kalian tahu merekalah yang akan menyelamatkan dunia dan akhirat kalian.Merekalah yang berusaha cita-cita kalian terwujud, yang ingin jadi pemain bola, dokter, pelaut bahkan pembalap. Apa kalian sadar, dari guru yang namanya kalian tulis itulah keinginan kalian akan mulai terwujudkan. Lalu apa pantas sekarang kalian mengatakan mereka tidak menyenangkan? Ayo bagi yang merasa masih punya hati, silahkan berdiri, bangkit, temui guru yang kalian tulis tersebut.

Ucapkan permohonan maaf  yang benar-benar dari hati. Kapan lagi kalau tidak sekarang. Ayo berdiri cari guru kalian.
 Dan selanjutnya, ada airmata yang mengucur antara guru dan siswa. Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT, saya berhasil menutup 80 menit mengajar dengan cantik. Siswa memahami pengertian tentang sikap menghormati, mengapa guru harus dihormati dan bagaimana cara siswa menghormati guru dalam kehidupan sehari-hari. *Disadur dari buku Gurunya Manusia, karya Munif Chatib    


Adapun kesimpulan yang dapat saya maknai ketika KAMI termasuk aku (Rolly)  berbincang bersama pak Munif Chatib walaupun hanya sekedar online yaitu memuat kalimat-kalimat bermakna seperti ;

1) Bagaimana cara kita menumbuhkan Moment Spesial" dengan memperhatikan negatif karakter yang terjadi didalam kelas, kita mudah mengamati karakter negatif dibandingkan dengan karakter positif pada diri siswa kita, cari unsur yang dapat "memantik" perubahan negatif menjadi positif.

2) Membaca feedback yang kita berikan kepada siswa kita, dalam pembelajaran ONLINE dengan siswa jangan terlalu banyak memberikan tugas, tetapi feedback siswa terhadap materi yang disampaikan. Beri anak-anak yang pendiam dengan peran-peran tertentu meskipun hal-hal yang
kita anggap sangatlah kecil. Peran adalah perhatian.

3)  Mencoba memakai model-model pembelajaran yang membuat mereka tertarik dan suka terhadap pelajaran kita, sehingga mereka akan merindukan kita. 

4) Banyak anak yang "Broken Home" dimana anak kita merasa bahwa cobaan hidup dialami lebih berat dibanding dengan anak yang lain., maka kita sebagai seorang guru perlu mengganti peran kita mejadi orangtua dengan alat berupa nasehat-nasehat yang mendalam disetiap kasus yang berbeda. Mulailah menarik hikmah dari filsafah beladiri yang anak kita kuasai.  Mainkan tiga buah peran guru, orangtua siswa dan sahabat, sesuai kondisi saat itu.

5) Membuat paham materi yang abstrak salah satunya dengan mencatat secara Mind Map, analogi atau perumpamaan ataupun metode lainnya. 

4) Dalam menulis moment yang terjadi disaat kita mengajar, tulis terlebih dahulu enak dibaca oleh kita, dan untuk proses editing bisa meminta teman kita untuk pendapatnya. Kualitas isi tulisan
belakangan, BERANI MENULIS adalah 80% keberhasilan dan sisanya 20% adalah bagaimana
kita memperbaiki tulisan kita. Judul yang bagus itu adalah ketika sekali dibaca akan timbul
banyak pertanyaan, anti mainstream, disukai otak bahkan alam bawah sadar, menjadi kenangan tak terlupakan dan intinya pebaca mendapat hikmah positif dari tulisan kita.

https://rollymandastana.blogspot.com

Penulis : Rolly FN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar